Pendidikan Vokasi, langkah strategis menciptakan entrepreneur masa depan Indonesia

Bentuk nyata dukungan dan perhatian pemerintah terhadap pendidikan vokasi dituangkan melalui Peraturan Presiden (Perpres) Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2019 tentang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Perubahan yang paling mendasar dalam Perpres tersebut adalah adanya Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi sebagai salah satu unit utama (unit eselon I) di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Selama ini pendidikan vokasi kurang mendapat perhatian dan menjadi pilihan kedua saat melanjutkan pendidikan. Namun, perlahan sejak periode pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo, pandangan tersebut mulai berubah. Pendidikan vokasi mulai mendapatkan tempat di hati masyarakat dan tidak lagi menjadi pilihan kedua. Hal itu dikarenakan mulai dilakukannya revitalisasi pendidikan vokasi. Apalagi, Presiden Joko Widodo pada periode kedua pemerintahannya bersama dengan Wakil Presiden, K.H. Ma’ruf Amin, memberi perhatian penuh pada pendidikan vokasi. Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa pendidikan vokasi memiliki peran penting dalam upaya pengembangan sumber daya manusia di tanah air.

Apa itu Pendidikan Vokasi ?

Pendidikan vokasi atau terkadang disebut juga sebagai pendidikan kejuruan merupakan salah satu strategi penting dari dunia pendidikan di Indonesia. Hal ini karena sebagai bangsa yang masih banyak menjalani pergantian nafkah masyarakat dari agrikultur ke dunia industri,  kita membutuhkan banyak tenaga yang terampil dan siap mengarungi dunia kerja. Pendidikan vokasi, atau pendidikan yang tertarget pada keterampilan, kecakapan, dan sikap dunia usaha menjadi penopangnya.

Pendidikan dan pelatihan vokasi merupakan model pendidikan yang menitik beratkan pada keterampilan individu, kecakapan, pengertian, perilaku, sikap, kebiasaan kerja, dan apresiasi terhadap pekerjaan-pekerjaan yang dibutuhkan oleh masyarakat dunia usaha/industri yang bermitra dengan masyarakat usaha dan industri dalam kontrak dengan lembaga-lembaga asosiasi profesi serta berbasis produktif (Sudira, 2012, hlm. 14).

Sementara itu menurut Pavlova (dalam Sukoco, 2019, hlm. 23) tradisi dari pendidikan vokasi ialah menyiapkan peserta didik untuk bekerja, sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan vokasi adalah pendidikan yang menyiapkan terbentuknya keterampilan, kecakapan, pengertian, perilaku, sikap, kebiasaan kerja, dan apresiasi terhadap pekerjaan-pekerjaan yang dibutuhkan oleh segenap masyarakat dunia usaha/industri diawasi oleh masyarakat dan pemerintah, atau dalam sebuah kontrak dengan lembaga serta berbasis produktif.

Salah satu contoh paling konkret adalah dalam program studi rekayasa perangkat lunak atau teknik informatika. Bahasa pemrograman merupakan hal yang berkembang dan berubah dengan cepat, sehingga untuk mengikutinya, pendidikan vokasi harus terus melakukan riset dan observasi langsung terhadap industri pengembangan perangkat lunak untuk memastikan kebutuhan jenis bahasa pemrograman yang kini sedang banyak digunakan.

Kurikulum Pendidikan Vokasi

Tujuan kurikulum vokasi mencakup empat aspek kompetensi, yaitu (1) aspek kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Aspek-aspek kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.

Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.

Terdapat beberapa jenis mata pelajaran yang diajarkan berdasarkan tuntutan kompetensi yang seperti dituliskan di atas, meliputi:

  1. Mata pelajaran wajib berdasar Kurikulum Nasional,
  2. Dasar-dasar Komunikasi,
  3. Matematika Terapan,
  4. Komputer,
  5. Metode Ilmiah,
  6. Bahasa Indonesia,
  7. Bahasa Inggris,
  8. Project Work and Enterpreneurship,
  9. Praktek Kejuruan.

Strategi Pendidikan Vokasi

Strategi pembelajaran yang diterapkan sangat tergantung pada tempat pendidikan berlangsung. Untuk memberikan gambaran strategi pembelajaran mana yang akan dipilih di sekolah vokasi, di bawah ini adalah beberapa contoh-contoh strategi pembelajaran yang dapat digunakan.

  1. Teori dan praktek komunikasi (presentasi dan diskusi)
  2. Aplikasi teori matematika dalam kehidupan seharihari
  3. Teori dan aplikasi komputer untuk berbagai keperluan
  4. Melakukan penelitian laboratorium/lapangan
  5. Membuat karya ilmiah dalam bahasa Indonesia Baku
  6. Teori dan praktek bahasa Inggris (reading, listening, conversation)
  7. Project work dan praktek kewirausahaan
  8. Praktek kejuruan di bengkel/laboratorium /lapangan

https://vokasi.kemdikbud.go.id/

Referensi

  1. Bukit, M. (2014). Strategi dan inovasi pendidikan kejuruan. Bandung: Alfabeta.
  2. Nurwardani, Paristiyanti. (2016). Panduan penyusunan Teknologi Pembelajaran Vokasi. Jakarta:Menristek Dikti.
  3. Sudira, P. (2012). Filosofi dan teori pendidikan vokasi dan kejuruan. Yogyakarta: UNY.
  4. Sukoco, J.B, dkk. (2019). Pemahaman pendidikan vokasi di jenjang pendidikan tinggi bagi masyarakat.
  5. Suyitno. (2020). Pendidikan vokasi dan kejuruan strategi dan revitalisasi abad 21. Yogyakarta: K-Media.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *